KHATULISTIWAUPDATE.COM - BANDUNG. Saat ini dunia sedang mengalami krisis yang menyebabkan perubahan besar di segala bidang termasuk cuaca ekstrim berdampak krisis iklim yang mempengaruhi kehidupan flora, fauna dan manusia.
Hal tersebut mencuat dalam Forum Dialog yang digelar Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) bekerjasama dengan IPB, UNPAD dan Sygenta, jika persoalan alih fungsi lahan menjadi salah satu faktor terjadinya penurunan populasi Lebah di Indonesia.
Lebah berperan penting dalam ketahanan pangan dan kesehatan manusia, yakni sebagai penyerbuk tanaman yang berdampak langsung pada produksi pangan.
Baca Juga: Akan Diberi Pembinaan Soal Pertanian dan Ketahanan Pangan, Rutan Bandung Siapkan Program Untuk WBP
Baru-baru ini di Eropa dan Amerika dikejutkan oleh adanya fenomena penurunan populasi lebah secara besar-besaran, baik lebah yang diternakkan maupun lebah alami di alam.
Fenomena ini yang melatar belakangi Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) melakukan riset serupa di Indonesia pada 2020, dimana sebagian besar responden menyatakan bahwa dugaan penurunan ini karena dampak dari perubahan iklim, ketersediaan pakan dan pestisida.
Penurunan populasi lebah di berbagai belahan dunia cukup mengkhawatirkan. Padahal, peran lebah sebagai penyerbuk sangat penting baik dalam bidang pertanian, pelestarian hutan, maupun di berbagai ekosistem lainnya.
Baca Juga: Kuliah Dari Dalam Penjara, Rutan Kelas I Bandung Bekerjasama Dengan Yayasan Bahtera Berkat Bangsa
Menyikapi situasi tersebut, Ketua Pelaksana Dialog sekaligus Dosen Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB. Prof. Dr. Ir. Damayanti Buchori mengatakan, pada tahun 2017 Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mencanangkan 'World Bee Day' atau 'Hari Lebah Sedunia' yang jatuh pada 20 Mei.
Menurutnya, World Bee Day atau Hari Lebah Sedunia adalah upaya PBB untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya penyerbuk, ancaman yang dihadapi, dan kontribusinya terhadap pembangunan berkelanjutan di sektor pertanian.
"Penurunan jumlah lebah akan berdampak pada penurunan produksi pangan dunia. Lebah merupakan penyerbuk paling produktif dan beragam di sebagian besar dunia, dengan lebih dari 20.000 spesies yang tercatat (Klein et al. 2007)," ujar Prof. Damayanti pada acara forum dialog penyerbuk yang diselenggarakan di Hotel Travello Bandung, Sabtu, 20 Mei 2023.
Baca Juga: Cuaca Ekstrim, Bencana Longsor Terjadi Di Kawasan Hutan Desa Mayang Cisalak
Dosen IPB itu menjelaskan, pihaknya melakukan restorasi habitat bagi penyerbuk merupakan bagian dari regenerative agriculture (pertanian regeneratif) yang perlu digalakkan.
Oleh karenanya, lanjut Prof. Damayanti, pendekatan pertanian regeneratif memiliki potensi untuk membantu melimpahkan kembali ekosistem di sekitarnya dengan serangga, mamalia, dan burung yang bermanfaat.
Artikel Terkait
Cuaca Ekstrim, Bencana Longsor Terjadi Di Kawasan Hutan Desa Mayang Cisalak
Desa Kertawangi Gelar Milangkala Ke 45 Tahun Dibuka Jalan Sehat
Pesan Staf Khusus Menkumham ke Pegawai Rutan Klas I Bandung : Jangan Hidup Mewah!
KPH Bandung Utara Lakukan Monitoring dan Evaluasi Kerjasama Wisata bersama Stakeholder